1.
Mitos
Bisnis Amoral
Banyak
orang berkata “Bisnis adalah bisnis! Bisnis jangan dicampur-adukan dengan
etika” Memang perkataan tersebut benar adanya. Tetapi di dalam Etika Bisnis,
perkataan ini disebut Mitos Bisnis Amoral yang dikemukakan oleh Ricard T De
George dalam bukunya Business Ethics hal 3-5.
Mitos
Bisnis Amoral itu sendiri adalah Mitos atau ungkapan yang menggambarkan bahwa
antara bisnis dengan moralitas atau etika tidak ada hubungannya sama sekali. Kenapa terjadi demikian?
Umpama-kan bisnis sebagai ‘anda bemain judi di Las Vegas’ pastinya anda
menghalalkan segala cara untuk menang bukan?termasuk menipu lawan-lawan anda.
Namun
mitos ini tidak sepenuhnya benar, Kenapa demikian? Bagi pebisnis yang
menginginkan bisnisnya lancar dan tahan lama, segi materi tidaklah cukup untuk
menjaganya, mereka butuh pengetahuan, pengalaman yang luas untuk dapat meraih
tujuan tersebut.
2.
Keutamaannya
Etika Bisnis
·
Dalam
bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang
profesional di bidangnya.
·
Perusahaan
yang unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan finansial
yang baik akan tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
·
Dalam
persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja.
·
Kepercayaan
konsumen dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang baik dan etis.
·
Dalam
sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin kepentingan dan hak
bagi semua pihak, maka perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan
etis.
·
Perusahaan
modern sangat menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang harus dieksploitasi
demi mendapat keuntungan
Kenneth
Blanchard dan Norman Vincent Peale: “perlakuan yang baik terhadap karyawan
telah menaikkan keuntungan perusahaan sebesar 20% atau telah menurunkan harga
produk perusahaan tersebut sebesar 20%.
3.
Sasaran
dan Lingkup EtikaBisnis
Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis, yaitu:
·
Etika
bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
·
Untuk
menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan, dan masyarakat
luas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan
mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga.
·
Etika
bisbis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktik bisnis.
Dari ketiga lingkup
dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang lainnya, dan
bersama-sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek bisnis. Atas dari
dasar ketiga sasaran dan lingkup di atas akan di bahas terpisah satu sama lain.
Namun ketiganya jelas mendapatkan perhatian, menjiwai dan mewarnai seluruh
uraian di atas. Maka terlihat dengan jelas bahwa ketiganya mendapatkan porsi
dan penekanan tersendiri kendati belum tentu secara proposional .
4.
Prinsip-prinsip
Etika Bisnis
a. Prinsip otonomi
Otonomi adalah sikap dan
kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran
sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Orang yang otonom
adalah orang yang bebas mengambil keputusan dan tindakan serta
bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya tersebut.
b. Prinsip Kejujuran
Kejujuran dalam pemenuhan
syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa
dengan mutu dan harga sebanding. Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam
suatu perusahaan.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar
setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan
sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggung jawabkan
d. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar
bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Dalam
bisnis yang kompetitif, prinsip ini menuntut agar persaingan bisnis haruslah
melahirkan suatu win-win solution.
e. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai
tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar dia menjalankan
bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaan
5.
Prinsip
Utama Etika Bisnis
a.
Etika
Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi: Tidak ada perbedaan yang tegas
antara etika bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis
berdasarkan moralitas
dan nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran.
b. Etika Bisnis itu berdasarkan pada
fairness. Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan
jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan
diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.
c. Etika Bisnis itu membutuhkan
integritas. Integritas merujuk pada keutuhan pribadi, kepercayaan dan
konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan
berintegritas. Mereka menepati
janji dan melaksanakan komitmen.
d. Etika Bisnis itu membutuhkan
kejujuran. Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan
menyembunyika cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha
harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
e. Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai.
Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian,
maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka
kepada klien atau stake-holder Anda.
f. Etika Bisnis itu membutuhkan
perencanaan bisnis. Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas
sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis
tidak hidup di dalam ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan
tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen
perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.
g. Etika Bisnis itu diterapkan secara
internal dan eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan
karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang
rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi
kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang
lingkup etika bisnis
itu universal.
h. Etika Bisnis itu membutuhkan
keuntungan. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik,
memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan
bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan.
Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah
perusahaan yang beretika.
i.
Etika
Bisnis itu berdasarkan nilai. Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar
nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara
umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu,
perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan
dalam pekerjaan
sehari-hari.
j.
Etika
Bisnis itu dimulai dari pimpinan. Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari
kepalanya.” Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku
seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
6.
Etos
Kerja
Etos
bisnis adalah suatu kebiasaan atau budaya moral menyangkut kegiatan bisnis yang
dianut dalam suatu perusahaan dari satu generasi ke generasi yang lain.
Inti etos
ini adalah pembudayaan atau pembiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau
prinsip moral tertentu yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu
perusahaan yang juga membedakannya dari perusahaan yang lain. Etos bisnis
dibangun atas dasar visi atau filsafat bisnis pendiri perusahaan sebagai
penghayatan tentang bisnis yang baik
Dalam
bisnis global yang tidak mengenal batas negara, etika masyarakat mana yang
harus diikuti?
Tiga
pandangan umum yang dianut :
·
Norma
etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
‘’Kalau di Roma, bertindaklah
sebagaimana dilakukan orang roma’’( kubu komunitarian ). Artinya perusahaan
harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di negara itu
·
Norma
sendirilah yang paling benar dan tepat
“Bertindaklah di mana saja sesuai dengan
prinsip yang dianut dan berlaku di negaramu sendiri”. Pandangan ini
mewakili kubu moralisme universal, bahwa pada dasarnya norma dan nilai moral berlaku universal (prinsip yang dianut sendiri juga berlaku
di negara lain).
·
Tidak
ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali (De George menyebutnya
sebagai dengan”immoralis naif”)
Pandangan
ini sama sekali tidak benar. Pendekatan stakeholder ialah cara mengamati
dan menjelaskan secara analitis bagaimana berbagai unsur akan dipengaruhi
dan juga mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis. Memetakan hubungan-hubungan
yang terjalin. Pendekatan Stakeholder dalam kegiatan bisnis pada
umumnya untuk memperlihatkan siapa saja yang mempunyai kepentingan,
terkait, dan terlibat dalam bisnis itu. ”Bisnis harus dijalankan sedemikian
rupa agar hak dan kepentingan semua pihak terkait yang berkepentingan
(stakeholders) dengan suatu kegiatan bisnis harus bisa dijamin, diperhatikan
dan dihargai” (disebut tujuan imperatif). Bermuara pada prinsip minimal :
menuntut agar bisnis apapun perlu dijalankan secara baik dan etis demi menjamin
kepentingan stakeholder.
8.
Pedekatan-pendekatan
Stockholder
Untuk
keperluan manajemen dan pengambilan keputusan, sosiolog akan sering perlu untuk
mengidentifikasi “primer” dan “sekunder” stakeholder. Pemangku kepentingan
utama dapat didefinisikan sebagai mereka yang memiliki kepentingan langsung
dalam sumber daya, baik karena mereka bergantung pada itu untuk mata
pencaharian mereka atau mereka terlibat langsung dalam eksploitasi dalam
beberapa cara. Pemangku kepentingan sekunder akan menjadi orang-orang
dengan minat yang lebih tidak langsung, seperti mereka yang terlibat dalam
lembaga atau instansi terkait dengan pengelolaan sumber daya atau orang-orang
yang tergantung setidaknya sebagian pada kekayaan atau bisnis yang dihasilkan
oleh sumber daya.
Konsep
stakeholder tidak hanya untuk memperpanjang mereka yang terlibat langsung dalam
eksploitasi sumber daya tetapi meluas ke semua orang yang berasal dari beberapa
bentuk manfaat dari sumber daya atau daerah di mana ia ditemukan. Dalam
kasus sumber daya laut, hal ini dapat mencakup nelayan, semua pihak yang
terlibat dalam pengolahan dan penjualan ikan, ikan konsumen, wisatawan di
daerah, operator transportasi dan penumpang mereka, industri menggunakan air
atau polusi itu, orang yang terlibat dalam kehutanan di hutan mangrove daerah,
dan sejumlah kelompok atau individu lain yang memiliki kepentingan marginal
lebih.Setidaknya untuk kelompok-kelompok yang diidentifikasi sebagai memiliki
kepentingan yang signifikan atau berasal manfaat penting, analisis sosiologis
harus melihat prioritas dan motivasi, proses pengambilan keputusan dan
lembaga-lembaga, dan memahami hubungan sosial, ekonomi dan budaya antara
masing-masing kelompok dan sumber daya.
Setidaknya
pada awalnya, istilah “stakeholder” harus ditafsirkan dalam arti
seluas-luasnya. Kelima tingkat analisis sudah dibahas semua perlu dianggap
sebagai faktor yang mungkin menentukan kelompok stakeholder atau mempengaruhi
karakteristik dari kelompok-kelompok. Jenis kelamin, usia, afiliasi
komunitas, tingkat rumah tangga dan hubungan struktur produksi-unit semua
kemungkinan untuk mempengaruhi keterlibatan dalam atau tingkat ketergantungan
pada perikanan tertentu.
Seperti
dalam kasus beberapa nelayan kasta di Asia Selatan, seluruh masyarakat dapat
bergantung pada perikanan tertentu dengan mengesampingkan dekat sumber mata
pencaharian lain. Dalam kasus seperti kelompok yang relatif homogen dari
stakeholder dengan lebih atau kurang seragam “saham” dalam sumber daya dapat
dengan mudah diidentifikasi. Tapi, lebih umum, berbagai faktor sosial,
budaya dan ekonomi bertanggung jawab untuk menentukan pola yang lebih kompleks
stakeholding dengan faktor-faktor seperti denominasi agama, latar belakang
etnis, status sosial dan ekonomi, kegiatan profesional, panjang tinggal dan
berpindah atau pengungsi Status semua memainkan peran.
Dalam
rumah tangga, isu-isu lain bertanggung jawab untuk dipertaruhkan – peran
perempuan, derajat mereka mobilitas dan panggung dalam siklus pengembangan
rumah tangga semua bisa menjadi relevan.
Anggota
yang berbeda dari unit produksi juga akan memiliki kepentingan yang berbeda dan
saham di sumber daya sesuai dengan manfaat yang mereka peroleh dari
penggunaannya. Pemilik alat tangkap dan kerajinan yang merupakan investasi
besar yang bertujuan untuk mengeksploitasi perikanan tertentu akan memiliki
saham yang berbeda dalam sumber daya dibandingkan dengan awak yang hanya dapat
bekerja musiman di perikanan dan dapat pindah ke perikanan lain atau sektor
lain relatif mudah.
Isu
gender
Perempuan
bertanggung jawab untuk membentuk kelompok yang berbeda dari para pemangku
kepentingan di perikanan kebanyakan dan perempuan dari latar belakang sosial
dan ekonomi yang berbeda juga mungkin memiliki kepentingan yang berbeda dan
berbeda. Perhatian khusus perlu diberikan pada perikanan di mana akses
relatif mudah, seperti perikanan dataran banjir atau rawa pesisir perikanan,
karena mungkin ada keterlibatan cukup penting perempuan yang tidak selalu
sangat jelas dan yang harus diselidiki secara khusus.
Usia
isu
Demikian
juga, perhatian harus dibayarkan kepada kelompok usia tertentu yang mungkin
merupakan kepentingan stakeholder bijaksana. Orang-orang tua mungkin
bergantung pada akses ke “mudah” perikanan yang perikanan manajer mungkin ingin
melihat dikendalikan. Anak-anak bisa membuat kontribusi yang signifikan
terhadap pasokan pangan keluarga dengan memancing sesekali dan keprihatinan
dari kelompok-kelompok ini dapat dengan mudah diabaikan.
Masyarakat
Masyarakat
umumnya lebih mudah untuk mengidentifikasi dan menangani daripada kelompok
pemangku kepentingan ditentukan oleh usia dan jenis kelamin karena mereka lebih
mudah diidentifikasi oleh anggota mereka. Namun, sering ada taruhannya
sangat berbeda dipegang oleh anggota masyarakat yang berbeda yang harus
diklarifikasi dan diperhitungkan. Pemimpin mungkin berkaitan dengan sumber
daya dan penggunaannya sebagai kontrol akses ke sumber daya akan menambah
prestise pribadi mereka. Masyarakat secara keseluruhan mungkin memiliki
masalah serupa dan ingin meningkatkan prestise mereka dalam hubungannya dengan
kelompok lainnya. Pada saat yang sama, berbagai anggota masyarakat mungkin
bergantung dengan cara yang jauh lebih konkret dan mendasar pada akses mereka
ke sumber daya perikanan untuk mata pencaharian mereka.
Rumah
tangga
Dalam
beberapa kasus, rumah tangga mungkin memiliki kepentingan yang berbeda dalam
sumber daya yang dapat dibedakan dari orang-orang dari komunitas atau kelompok
lain taruhannya.
Produksi
unit
Berbagai
jenis unit produksi dan anggota mereka biasanya akan mewakili kelompok
stakeholder jelas berbeda. Unit operasi gigi statis besar seperti bagnets
ditetapkan di wilayah pesisir memiliki minat khusus dalam akses stabil seperti
gigi mereka tidak bergerak dan hanya dapat digunakan dalam kondisi
tertentu. Artisanal unit kecil dengan menggunakan berbagai skala kecil
alat tangkap, seperti pukat, perangkap dan garis yang lebih mudah beradaptasi
dan keprihatinan mereka bertanggung jawab untuk menjadi berbeda. Kesadaran
variasi ini sangat penting untuk memastikan bahwa set yang berbeda dari
kepentingan produsen ‘sedang diperhitungkan.
Lainnya
pengguna air
Grup
tidak terlibat dalam perikanan, tetapi memanfaatkan sumber daya air juga perlu
diperhitungkan sebagai stakeholder penting ketika berhadapan dengan sumber daya
air. Dalam perikanan air tawar, petani menggunakan air untuk irigasi akan
sering memegang pengaruh yang lebih besar dalam pengambilan keputusan mengenai
bagaimana air diatur daripada berstatus rendah nelayan. Demikian pula, mereka
yang terlibat dalam transportasi air mungkin perlu dipertimbangkan ketika
rencana sedang dibuat untuk perikanan.
Semakin,
wisatawan dan mereka yang terlibat dalam sektor pariwisata merupakan pemangku
kepentingan yang penting dalam pengelolaan perikanan karang tropis sebagai
potensi pendapatan dari menyelam dan snorkeling bisa lebih dari yang berasal
dari ikan. Namun, manfaat dari kedua perbedaan penggunaan sumber daya yang
sama akan sering disalurkan dengan cara yang sangat berbeda.
sumber :
http://bergerak-untuk-hidup.blogspot.com/2011/11/mitos-bisnis-amoral.html
http://hadasiti.blogspot.com/
http://rinton.blogdetik.com/mitos-bisnis-amoral/
http://nazarakbar.wordpress.com/2012/10/27/tugas-etika-bisnis-2/
sumber :
http://bergerak-untuk-hidup.blogspot.com/2011/11/mitos-bisnis-amoral.html
http://hadasiti.blogspot.com/
http://rinton.blogdetik.com/mitos-bisnis-amoral/
http://nazarakbar.wordpress.com/2012/10/27/tugas-etika-bisnis-2/
Selamat siang! Ini adalah komentar pertama saya di sini jadi saya hanya ingin memberi
ReplyDeleteteriakan cepat dan katakan saya benar-benar menikmati membaca posting blog Anda.
Bisakah Anda menyarankan blog / situs web / forum lain yang mencakup subjek yang sama?
Terima kasih!
Please Visit Us
https://bit.telkomuniversity.ac.id