BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pengambilan keputusan merupakan pemilihan
diantara beberapa alternatif pemecahan masalah. Pada hakikatnya keputusan
diambil jika pimpinan menghadapi masalah atau untuk mencegah timbulnya masalah
dalam organisasi yang bergerak baik dalam bidang sosial maupun
kaomersial. Ada dua kemungkinan sifat tujuan dari pengambilan
keputusan. Pertama adalah tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal
dalam arti bahwa sekali diputuskan tidak akan ada kaitannya dengan masalah
lain. Kemungkinan kedua adalah tujuan pengambilan keputusan dapat bersifat
ganda dalam arti bahwa satu keputusan yang diambil sekaligus memecahkan dua
masalah atau lebih.
Dalam setiap pengambilan keputusan para pengambil keputusan akan selalu
berhadapan dengan lingkungan, dimana salah satu karakteristiknya yang paling
menyulitkan dalam proses pengambilan keputusan adalah ketidakpastian(Uncertainty),
ini adalah salah satu sifat dimana tidak akan dapat diketahui dengan pasti apa
yang akan terjadi di masa yang datang.
Untuk itu maka model pengambilan keputusan sangatlah penting untuk membantu
para pengambil keputusan dan mengambil keputusan. Ada beberapa macam
model keputusan antara lain model simulasi computer, model pohon keputusan,
model probabilistik dan lain sebagainya. Dari model tersebut masing – masing
memiliki tipe kasus yang berbeda tapi memiliki fungsi yang sama. Maka
dari itu kami mengangkat suatu kasus dari model probabilistic untuk lebih
memahami model – model pengambilan keputusan tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Model Pegambilan Keputusan
Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang
bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan
itu sendiri merupakan suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan
model secara cepat dan benar.
Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan,
antara lain sebagai berikut:
ü
Untuk mengetahui apakah hubungan
yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah
yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
ü
Untuk memperjelas (secara eksplisit)
mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
ü
Untuk merumuskan hipotesis mengenai
hakikat hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan
dalam bentuk matematika.
ü
Untuk memberikan pengelolaan
terhadap pengambilan keputusan.
Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan
situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang
kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial
dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat
memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Dalam analisis pengambilan keputusan ini ternyata
semuanya menggunakan model paling tidak secara implisit. Mengenai hal ini Hovey, memberikan contoh mengenai
pengecatan gedung sekolah.
1.
Pengecatan gedung sekolah yang kotor
dan tidak merata, secara tidak langsung dapat berakibat kurangnya konsentrasi
belajar para siswanya.
2.
Pengecatan gedung sekolah yang tidak
merata dan kotor pun, secara tidak langsung dapat berakibat kurangnya
konsentrasi mengajar para guru sekolah yang bersangkutan.
3.
Begitu pula pengecatan gedung
sekolah yang tidak merata dan kotor, akhirnya justru akan menyebabkan sekolah
terpaksa mengeluarkan biaya yang lebih banyak lagi.
4.
Pengecatan yang baik dan benar,
perlu dilakukkan dengan perubahan warna setiap dua tahun sekali. Pengecatan
dengan cara demikian itu akan meningkatkan konsentrasi belajar para siswa dan
mengajar para guru sekolah yang bersangkutan.
5.
Pengecatan
gedung sekolah itu ada dalam keadaan baik dan tepat, apabila dilakukan setiap
dua tahun sekali.
Dari uraian tersebut, empat butir pertama
masing-masing mendasarkan diri pada model yang berbeda, tetapi secara implisit
menunjukkan adanya hubungan antara pengecatan dan pendidikan atau pelaksanaan
pendidikan. Model kelima merupakan praktik pengecatan itu sendiri (sebaiknya
dilakukan dua tahun sekali).
Alasan-alasan yang dikemukakan pada butir (1) dan (2)
dapat dibenarkan oleh yayasan sekolah. Butir (3) merupakan model penarikan
kesimpulan secara teknis mengenai hubungan antara pengecatan dan struktur, jadi
diluar prinsip-prinsip keahlian. Butir (1) dan (2) menghubungkan antara
pengecatan dengan pelaksanaan kegiatan siswa dan kegiatan guru.
Pada umumnya, semua model itu mempunyai aspek-aspek
tertentu masing-masing adalah idealisasi, atau abstraksi dari bagian dunia
nyata (praktik nyata), atau dengan kata yang lebih tepat dan jelas imitasi dari
kenyataan, mengenai hal ini Olaf Helmer menyatakan bahwa:
karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi; elemen-elemen tertentu
dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis keputusan dan
memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan abstraksi, maka pembuatan model
sering kali dapat meliputi perubahan konseptual. Setiap unsure dari situasi
nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran matematika atau sasaran
fisik.
Hubungannya dengan unsur lain mencerminkan adanya
kekayaan atau peralatan dan hubungan lain berupa tiruan. Sebagai contoh, system
lalu lintas kotadapat dibuat tiruannya dengan membuat miniature yang
menggambarkan adanya jaringan-jaringan, jalan-jalan, rambu-rambu lalu lintas,
beserta kendaraan persis seperti sesungguhnya.
Jika para analis membuat model, mereka biasanya
melakukan hal itu supaya dapat menetapkan tindakan yang paling tepat dalam
situasi tertentu. Kemudian digunakan untuk memberikan saran bagi pembuat
keputusan. Dengan demikian pada hakikatnya model itu merupakan pengganti hal
yang nyata, mewakili kejadian sesungguhnya, dengan harapan agar dapat mengatasi
masalah apabila timbul masalah yang sesungguhnya. Model ini sendiri dibuat
dengan menyesuaikan pada situasi dimana model itu akan dibuat. Di samping itu,
model pun dibuat sesuai dengan tujuan penggunaan model itu sendiri.
Pembuatan dan penggunaan model menurut Kast,
memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan dan
penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan menggunakan model
situasi yang kompleks disederhanakan tanpa penghilangan hal-hal yang esensial
dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman.
Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan
masalah digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi lebih
sederhana dan lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana
abstrak untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses
abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.
2.2 Klasifikasi
Model Pengambilan Keputusan
Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan
klasifikasi model, dibawah ini disampaikan beberapa klasifikasi saja.
Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan sebagai berikut:
1.
Tujuannya :
model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan lain
sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2.
Bidang penerapannya (field of
application) : model tentang transportasi, model tentang
persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.
3.
Tingkatannya (level) :
model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional, kebijakan regional,
kebijakan local, dan sebagainya.
4.
Ciri waktunya (time character) :
model statis dan model dinamis.
5.
Bentuknya (form) :
model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik, dan
sebagainya.
6.
Pengembangan analitik (analytic
development) : tingkat dimana matematika perlu digunakan;
lain-lain.
7.
Kompleksitas (complexity) :
model sangat terinci, model sederhana, model global, model keseluruhan, dan
lain-lain.
8.
Formalisasi (formalization) :
model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah direncanakan dan hasilnya
sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan juga.
Quade membedakan model ke dalam dua
tipe, yakni model kuantitatif dan model kualitatif :
A. Model
kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model
matematika) adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam
serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau
analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa
program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan
secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis
dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses
dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
B.
Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang
ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya
digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan
dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah
yang pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks memberikan
beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang kerapkali digunakan untuk
memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya kurang diketahui dengan pasti).
1. Model Probabilitas
Model probabilitas, umumnya model-model keputusannya
merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu
(the concept of probability and expected value).
Adapun yang
dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu
peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring). Misalnya kartu bridge
terdiri atas 52 buah kartu; berarti tiap-tiap kartu hanya memiliki kemungkinan
1/52. Kartu heart 1 (jantung merah 1) hanya memiliki kemungkinan 1/52. Begitu
pula halnya dengan dadu berisi 6, masing-masing sisi hanya memiliki kesempatan
atau kemungkinan 1/6 untuk menang.
Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic
dikembangkan melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel
dari populasi tersebut. Sampel itu sendiri merupakan sebagian yang dianggap
mewakili keseluruhan (populasi).
Kemungkinan yang dimiliki oleh setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu adalah
1/6 itu merupakan sebagian dari seluruh kemungkinan masing-masing (untuk kartu
adalah 52 dan untuk dadu adalah 6).
Banyak
kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang semuanya
bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, misalnya agar
nantinya dapat menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa
resesi, untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan masyarakat, lain
sebagainya.
2. Konsep tentang nilai-nilai harapan
(the Concept of Expectedvalue)
Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang
telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang. Adapun nilai
yang diharapkan dari setiap peristiwabyang terjadi merupakan kemungkinan
terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai
kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya peristiwa yang diharapkan masih
diragukan.
Sebagai
contoh; pemerintah mengeluarkan undian social berhadiah Rp 400 juta. Jumlah
undian yang dijual sebanyak dua juta lembar dengan nilai nominal harga tiap
lembarnya Rp 500,-. Kalau undian sebanyak dua juta lembar itu laku semuanya,
maka pendapatan pemerintah dari hasil penjualan sebesar Rp 1 milyar. Pendapatan
bersih sebesar Rp 600 juta. Kemungkinan memenangkan hadiah dari tiap lembar
undian adalah seperdua juta. Nilai harapannya sebetulnya hanyalah ½ juta x 400
juta = Rp 200 juta.
3. Model matriks
Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and expected value),
ada juga model lainnya. Model lain tersebut misalnya adalah model matriks (the payoff
matrix model).Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi
antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Dalam hal ini Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a
particularly convenient method of displaying and summarizing the expected
values alternative strategics.Model matriks terdiri atas dua hal, yakni baris
dan lajur. Baris (row) bentuknya mendatar, sedangkan lajur (column) bentuknya
menegak (vertikal). Pada sisi baris berisi macam alternative strategi yang
digelarkan oleh pengambil keputusan, sedangkan pada sisi lajur berisi kondisi
dan nilai harapan dalam kondisi dan situasi yang berlainan.
Contoh dibawah ini menggambarkan adanya strategi ya ng berbeda-beda dalam
konsep atau pandangan eko nomi yang bervariasi.
Jika
menggunakan strategi investasi yang sifatnya agresif (berani) sebesar Rp 100
juta, hasil yang dimungkinkan dari investasi tersebut akan berkisar antara
5-25%-nya, tergantung apakah keadaan ekonomi saat itu baru mengalami resesi,
atau dalam keadaan normal, atau malahan baru dalam keadaan baik sekali (boom).
Apakah hal kedua yang dilakukan yakni dengan menggunakan strategi penanaman
modal yang termasuk moderat sebesar Rp 50 juta diharapkan akan mendapat
keuntungan sekitar 2-15%, tergantung dari keadaan ekonomi saat itu. Yang ketiga
adalah apabila kebijakan investasi yang ditempuh secara minimal dengan dana Rp
10 juta dan itu digunakan untuk penggantian bagian mesin beserta
pemeliharaannya pada keadaan ekonomi yang sedang membaik, diperkirakan dapat
member keuntungan 1%, tetapi apabila dalam keadaan resesi atau dalam keadaan
normal diperkirakan tidak akan member keuntungan.
4. Model pohon keputusan (Decision Tree
Model)
Model ini merupakan suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu
proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam
komponen-komponen, kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan beserta
konsekuensi masing-masing.
Dengan demikian, maka pimpinan tinggal memilih alternative mana yang sekiranya
paling tepat untuk dijadikan keputusan.
Pohon keputusan ini biasanya dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang
timbul dalam proyek yang sedang ditangani. Selanjutnya Welch dan Comer
memberikan definisi mengenai pohon keputusan (decision tree) sebagai berikut:
“The
decision tree is a simple diagram showing the possible consequences of
alternative decisions. The tree includes the decision nodes chance modes, pay
offs for each combination, and the probabilities of each event.”
Menurut
Welch, ada 4 komponen dari pohon keputusan yakni : simpul keputusan, simpul
kesempatan, hasil dari kombinasi, dan kemungkinan-kemungkinan akibat dari
setiap peristiwa yang terjadi. Hal yang kiranya penting dalam pohon keputusan
adalah pengambil keputusan itu haruslah secara aktif memilih dan
mempertimbangkanbetul-betul alternative mana yang akan dijadikan keputusan
Tipe analisis pembuatan keputusan mana yang akan digunakan sangat tergantung
pada kemungkinan-kemungkinan yang rasional dapat dikemukakan terhadap masalah
yang dihadapinya. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan informasi yang
lengkap,upto-date dan dap;at dipercaya kebenarannya, sehingga memudahkan bagi
pimpinan untuk mengambil keputusan dengan baik.
Pohon keputusan itu dinamakan juga diagram pohon karena bentuknya berupa
diagram. Diagram ini bentuknya seperti pohon roboh. Diagram pohon ini merupakan
salah satu langkah yang diperlukan, misalnya dalam pengambilan rancangan bangun
proyek. Konsep proses ini pada dasarnya mengikuti teori system, dimana antara
komponen yang satu dengan komponen yang lain merupakan mata rantai proses yang
berkesinambungan, yang saling bergantung.
Adapun langkah-langkah yang sekiranya
perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:
Ø
Mengadakan identifikasi jaringan
hubungan komponen-komponen yang ada yang secara bersama-sama membentuk masalah
tertentu yang nantinya harus dipecahkan melalui diagram keputusan. Masalah
tertentu itulah yang merupakan masalah utama.
Ø
Masalah
utama itu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.
Ø
Masalah yang
sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam masalah yang lebih kecil
lagi. Begitu seterusnya, sehingga merupakan diagram pohon yang
bercabang-cabang.
Itulah
sebabnya mengapa keputusan atau proses pengambilan keputusan yang dilakukan
semacam itu dinamakan diagram pohon. Diagram pohon itu sangat bermanfaat bagi
tim yang mengadakan analisi masalah untuk kemudian dipecahkan bersama-sama
dalam tim itu karena masalahnya dan pemecahaanya saling berkaitan. Tanpa
bantuan anggota tim lainnya masalah yang begitu kompleks tidak akan dapat
dipecahkan.
5. Model Kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh)
Kurva Indeferen merupakan kurva berbentuk garis dimana
setiap titik yang berada pada garis kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan
atau kemanfaatan yang sama. Misalnya, penggunaan barang A dan B meskipun
kombinasi jumlah masing-masing berbeda, namun apabila semuanya itu berada pada
titik kurva indiferen, kepuasa sama.
Kurva Indeferen mempunyai 4
ciri penting, yakni sebagai berikut:
Ø
Kurva indeferen membentuk lereng
yang negatif. Kemiringan yang negatif menunjukan fakta atau
asumsi bahwa satu komoditas dapat diganti dengan komoditas lainnya sedemikian
rupa sehingga konsumen mempunyai tingkat kepuasan yang tetap sama.
Ø
Jika ada dua kurva indiferen dalam
suatu keadaan atau lingkupan maka keduanya tidak akan saling berpotongan.
Ø
Hasil yang diperoleh dari asumsi
ialah bahwa kurva indiferen ditarik melalui setiap titik sehingga membentuk
garis kurva.
Ø
Kurva indeferen di butuhkan bagi
pengorbanan tertentu untuk mendapatkan kepuasan yang optimal.
6.
Model Simulasi Komputer.
Menurut model ini, pengambilan keputusan diperlukan
rancang bangun (design) yang biasanya menggunakan komputer yang mampu menirukan
apa-apa yang dilakukan oleh organisasi. Karena dengan menggunakan komputer, hal
ini lebih mudah dihitung dan diketahui besarnya pengaruh variable terhadap
dependen. Sebab dengan menggunakan komputer jangkauan pikiran dan pemikirannya
secara secara operasional menjadi lebih luas dan panjang serta mampu memecahkan
masalah yang kompleks karena komputer dapat menciptakan simulasi
(permainan,tiruan) yang dapat menggambarkan dengan tepat seperti kegiatan yang
sesungguhnya.
Sebagai contoh,setiap pilot pesawat terbang harus
dapat memberi keputusan dengan tepat dan cepat apa yang herus segera dilakukan
jika menghadapi situasi yang cukup riskan dalam atau selama penerbangan.
Apabila keputusan dan tindakan itu tepat maka selamatlah pesawat terbang dengan
segala isinya tetapi apabila ternyata keputusan dan tindakan yang
diambil keliru maka akan fatallah penerbangan itu dan pilot bertanggung jawab
atas musibah yang dialaminya. Oleh karena itu,setiap calon pilot harus banyak
latihan memecahkan masalah penerbangan melalui cockpit tiruan yang
bentuk,besar,dan juga instrumennya persis sama dengan cockpit pesawat
sungguhan.
Dari hasil latihan simulasi itu calon pilot mendapat
instruksi-instruksi yang harus dikerjakan dengan tepat dan cepat untuk
menyelamatkan pesawatnya. Jika ia telah cukup mahir menjalankan instruksi,
kemudian keteranpilan ditingkatkan dengan memberi masalah kepada calon pilot
untuk segera dipecahkan dengan cepat dan tepat. Simulasi penerbangan tersebut
semacam video game. Dengan melalui latihan bersimulasi yang intensif calon
pilot akan mahir mengemudikan pesawat terbang sungguhan dan barulah di coba
dengan pesawat sesungguhnya.
Selanjutnya
Robert D.Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis kebijakan pengambilan
keputusan ke dalam 5 kategori yakni sebagai berikut.
·
Model Matematika
Model matematika ini menggunakan teknik seperti
misalnya linear programming, teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat
digunakan begitu pula dengan kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat
perhitungan saja bukan sebagai simulator.
·
Model Simulasi Komputer
Model ini merupakan tiruan dari kasus yang
sesungguhnya. Ada yang dibuat dengan peralatan dan ukuran yang sama
persis dengan yang sesungguhnya misalnya cockpit pesawat dimana calon pilot melatih
diri melalui cockpit tiruan tersebut.
·
Model Permainan Operasional
Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus
mengambil keputusan. Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang
menyajikan masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan (war
games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang berupa datangnya
musuh yang akan menyerang kita dengan macam-macam cara penyerangan. Kita
diminta mempertahankan diri dan menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah
disediakan pada video games tersebut.
·
Model verbal
Model verbal adalah model pengambilan keputusan
berdasarkan analogi yang lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu
kemudian dibuat dalilnya yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan
mengambil keputusan yang nonkuantitatif.
Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut
birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4
ciri,sebagai berikut :
ü Birokrasi
mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat tertinggi hanya
mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya secara pribadi. Ini
berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah administratif substansial.
ü Bagian
terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat menggantungkan dari
pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi itu. Ini berarti bahwa pada
anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
ü Upahnya,
kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada prestasinya
dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh organisasi
tersebut.
ü Sebagian
besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran. Prestasi
kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga ikut menentukan
pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan
faktor ekstern (lingkungan) ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat
perhatian. Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka
analogi terhadap berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi
bahan pertimbangan.
·
Model fisik
Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini
tidak begitu penting untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka
pembuatan bangunan atau tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya
berlaku model perencanaan jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya.
Model ini merupakan serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan
pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan
secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang
mengerjakan bagian berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan
keputusan seorang insinyur daripada policy maker.
2.3
Klasifikasi Tipe-tipe Pengambilan Keputusan
Tipe Pengambilan keputusan ( Decision making) :
adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
1.
Keputusan
terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga
dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd
manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan
piutang,dll.
2.
Keputusan
setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt
diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur.
Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta
analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih
canggih, keputusan alokasi dana promosi.
3.
Keputusan
tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang
dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas.
Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk
didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.
2.4 Klasifikasi Faktor-faktor
Pengambilan Keputusan
1.
Trial & error : Coba dan salah. Cara ini merupakan metode yang paling
rendah tingkatannya, dilakukan oleh orang yang belum pernah mengalami/ mengenal
dan belum tahu sama sekali. Dalam keperawatan ini sangat berbahaya dan tidak
boleh dilakukan. Contohnya : ada
klien panas, dicoba diurut, dicoba diberi makan, dicoba ditiup, tdk berhasil
dicoba diberi minum, dibuka baju, diberi kompres sampai berhasil panasnya
turun, dll.
2.
Intuisi
: penyelesaian masalah dengan intuisi atau naluri/ bisikan hati.
Penyelesaian dengan cara ini kurang dianjurkan dalam metode ilmiah, karena
tidak mempunyai dasar ilmiah. Kadang-kadang metode ini juga dapat
memberikan jalan keluar bila intuisi ini berdasarkan analisis atau pengalaman,
dan pengetahuan yang dimiliki.
3.
Nursing process : Proses keperawatan merupakan suatu langkah penyelesaian
masalah yang sistematis dan didukung oleh rasionalisasi secara ilmiah meliputi
: pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang merupakan suatu
siklus untuk mengatasi masalah yang terjadi pada klien.
4.
Scientifik methode/Research Process : Proses riset/ penelitian merupakan suatu
penyelesaian masalah berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan logika,
dengan pendekatan yang sistematis
Bab III
Daftar
Pustaka
·
http://lista.staff.gunadarma.ac.id
·
http://sugenk.staff.gunadarma.ac.id
·
http://riend88.wordpress.com
·
M. Iqbal Ansam, Teori Pengambilan Keputusan
·
Darnius, Open, 2004 Pemakaian
Peluang Dalam Membuat Keputusan,Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
No comments:
Post a Comment